
Sejak kecil pria kelahiran Jakarta, 5 Maret 1939 ini sudah terlihat bakatnya seninya. Pada usia 3 tahun Benyamin terpaksa mengamen keliling kampung bersama kakak-kakaknya. Karena mereka harus menutupi kehidupan ekonomi keluarganya.
Saat usia 6 tahun bersama kakak-kakaknya, Benyamin membentuk orkes kaleng. Mereka memanfaatkan barang-barang bekas sebagai alat musik. Bakat seni yang dimiliki delapan bersaudara ini tidak lepas dari dua kakek mereka. Kedua kakek mereka seorang seniman kesenian rakyat dulmuluk yaitu Saiti (peniup klarinet) dan Haji Ung atau Jiung (pemain).
Pada 1946, Benyamin bersekolah di Sekolah Rakyat Bendungan Jago Jakarta. Kemudian dia hijrah ke Bandung, Jawa Barat dan meneruskan pendidikannya di Sekolah Dasar Santo Yusuf.
Setelah lulus sekolah dasar, anak bungsu dari pasangan Suaeb dan Aisyah ini kembali ke kampung halamannya. Pada 1955 dia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menenggah Pertama Negeri (SMPN) Taman Madya Cikini, Jakarta Pusat. Saat SMP, Benyamin tergolong anak nakal. Bahkan dia tidak segan mengancam gurunya, apabila tidak naik kelas untuk pelajaran aljabar. Setelah itu Benyamin melanjutkan sekolah di Akademi Bank Jakarta. Namun sayang, tidak sampai selesai.
Sebelum dikenal sebagai penyanyi Benyamin sempat merasakan hidup susah. Untuk menghidupi dirinya Benyamin sempat berdagang roti dorong. Selain itu, dia juga sempat mencicipi sebagai kenek di perusahaan bus PPD dengan jurusan lapangan benteng-pasar rumput. Tapi, tidak bertahan lama. Karena sang supir menyuruhnya untuk berbuat curang dengan tidak memberikan karcis kepada penumpang. Sehingga mereka tertangkap basah dan dia malu untuk kembali kepekerjaannya.
Pada 1959 Benyamin menikah dengan Hj. Nonnie yang memberinya lima orang anak. Setelah menikah Benyamin tetap belajar. Dia sempat mengikuti beberapa kursus, di antaranya Dasar Kemiliteran Kodam V Jaya (1960), dan kursus Administrasi Negara (1964).
Benyamin juga sempat bekerja di beberapa tempat. Seperti, bagian Amunisi Peralatan AD (1959-1960), bagian Musik Kodam V Jaya (1957-1969), dan menjadi Kepala Bagian Perusahaan Daerah Kriya Jaya antara tahun 1960-1969).
Kecintaannya di dunia hiburan tidak lantas dilupakannya. Kemudian pria berkumis ini membentuk grup musik Melodyan Boy bersama teman-temannya di Kemayoran. Mereka juga berhasil menelurkan dua lagu yang bertajuk Si Jampang dan Nonton Bioskop. Bahkan dua lagu tersebut sampai sekarang masih diingat dan kerap dinyanyikan. Selain bernyanyi, Benyamin juga memainkan alat musik bongo dalam grup ini.
Setelah itu, pria berkulit sawo mateng ini membentuk grup baru lagi bernama Melodi Ria. Band yang mengusung musik pop ini digawangi Benyamin, Eli Srikudus, dan Rachmat Kartolo (penyanyi), Rachman A (gitar melodi), Heri Sukarjo (bas betot), Achmad (klarinet), Imam Kartolo (piano, saksofon), Suparlan (gitar), dan Saidi S (bongo). Grup musik ini kerap pentas di tempat hiburan malam. Biasanya mereka tampil membawakan lagu, ngak-ngik-ngok. Selain itu, mereka juga menyanyikan lagu asing di antaranya Unchained Melody, Blue Moon, dan El Mondo. Bersama Melodi Ria, Benyamin merekam beberapa lagu. Di antaranya Kisah Cinta, Panon Hideung, Nonton Bioskop, dan Si Neneng.
Namun sayang, Presiden Soekarno melarang diputarnya lagu-lagu Barat di Tanah Air. Seperti Koes Bersaudara yang dimasukkan dalam pejara karena kerap mendendangkan lagu-lagu The Beatles, band asal Inggris. Apesnya, Melodi Ria juga ikut terkena imbasnya. Alhasil mereka dilarang tampil di tempat hiburan malam. Mereka dilarang manggung membawakan lagu ngak-ngik-ngok atau lagu Barat.
Beruntung larangan tersebut tidak membuat Benyamin patah arang. Dia pun lekas memutar otak agar tetap dapat berkarya di Indonesia. Benyamin memutuskan untuk menyanyikan lagu-lagu Betawi dengan iringan gambang kromong.
Itu bukan sekedar niat. Untuk mewujudkan dia bergabung dengan kelompok musik Naga Mustika pimpinan Suryahanda. Berkat Naga Mustika nama Benyamin mulai dikenal masyarakat luas. Kesuksesan Bang Ben --demikian Benyamin kerap disapa, tidak lepas dari musik yang diatur oleh pemusik gambang kromong waktu itu. Di antaranya Budiman BJ, Darmanto, dan Asep.
Kemudian Naga Mustika merekrut penyanyi berparas manis, Ida Royani untuk teman berduet Bang Ben. Sejumlah lagu diciptakan salah satu personel Naga Musitika, Asep S untuk berduet dengan Ida. Di antaranya Tukang Loak, Bertengkar, Si Bontot, Luntang-Lantung, Muara Angke, Si Jabrik, Nasib, Pelayan Toko, Si Denok, Petik Kembang, Layar Tancep, Pacar Biduan, Pulang Kerje, Tuak Manis, Tukang Grobak, Gara-Gara Anak, dan Pacar Biduan.
Diperkirakan pasangan duet yang paling populer pada era 70-an ini sudah menyanyikan 150 lagu. Pencipta lagunya tak lain adalah Benyamin sediri, Joko S maupun kakak kandungnya Saidi Suaeb.
Lagu-lagu yang mereka bawakan adalah cerminan dari masyarakat Betawi. Walaupun ada beberapa lagu yang berbau Sunda, tapi Benyamin membuatnya menjadi milik Betawi. Misalnya lagu bertajuk Ayun Ambing.
Selain Ida, Bang Ben juga pernah berduet bersama pemusik jazz Jack Lesmana dan Bill Sraragih, serta penyanyi penyanyi bertajuk Patah Hati, Rachmat Kartolo.
Setelah Presiden Soeharto berkuasa di Negeri ini, musik gambang kromong semakin memperlihatkan jati dirinya. Pada 1969 tembang Jampang sukses di pasaran. Sedangkan di 1971 lagu Ondel-Ondel mulai dilirik penikmat musik nasional.
Sampai tahun 1974, penyanyi yang juga menulis lirik yang mengundang tawa ini telah menghasilkan 20 album. Berisikan lagu-lagu yang dinyayikan sediri maupun duet dengan penyanyi lain. Di tahun yang sama Benyamin mendapat penghargaan dari Yayasan Husni Thamrin untuk pengabdiannya dalam bidang musik bersama gambang kromong ke industi musik Tanah Air.
Benyamin juga kerap melancarkan lagu-lagu yang mengeritik pemerintah. Lagu bertajuk Pungli, misalnya. Lagu ini mendapat penghargaan dari Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kokamtib). Pasalnya lagu tersebut dianggap menunjang program Operasi Tertib yang tengah digalakan pemerintah pada 1977.
Ternyata Benyamin S dikenal di negri Jiran, Malaysia. Bahkan, pemilik album Jangkrik Genggong ini juga sempat manggung di Moskwa, Rusia.
Tidak hanya lagu yang bergenre pop saja, Benyamin juga membawakan lagu-lagu berirama rock, blues, bahkan metal. Seperti Biang Kerok, Maaf Kutak Datang, Ampunan, Mojok, I’m A Teacher, Kisah Kucing Tua, Balada Dalam Penjara, Dingin Dingin Dimandiin, Seliweran, dan Tragedi Cinta.
Selain Bang Ben populer di dunia musik, dia juga mendapatkan kesempatan untuk terjun ke dunia akting. Beberapa judul film telah dia bintangi di antaranya Anteng Betawi (1971), Biang Kerok (1972), Intan Berduri serta Si Doel Anak Modern (1976). Bahkan berkat kepiawaian aktingnya Benyamin pernah meraih Piala Citra sebagai Pemeran Pria Terbaik pada Festival Film Indonesia lewat film Intan Berduri pada 1973.
Jika dikalkulasikan, sekitar 53 film yang telah dilakoni Benyamin sejak 1970 hingga 1992. Ini belum termasuk sinetron unggulan yang diperankan Benyamin bertajuk Si Doel Anak Sekolahan pada 1994.
Pada 1995 Indonesia kehilangan insan terbaiknya. Suami dari dua istri ini seteleh beberapa hari koma seusai bermain sepak bola, akibat serangan jantung. Walaupun jasad telah bersamayam di liang kubur, namanya tetap abadi hingga saat ini. Di akhir usianya Benyamin masih sempat merilis album dengan grup musik Al-Haj. Dan yang menjadi lagu andalan dalam album tersebut seperti Biang Kerok serta Dingin-dingin.(Tka)