Saat ini aku sedang magang di Surya Citra Media. Di sana aku belajar menulis biografi musisi Indonesia, s
traight news sampe yang paling rumit menurutku Artikel.. he,,he..
Ya.. namanya juga bidang baru, wajarlah tulisannya masih perlu diedit sana sini...
Nulis artikel itu emang harus sabar, dikoreksinya juga harus sabar...
So ini lah hasil tulisanku yang telah diedit sana sini he,,he,,
Mimpi Morita Menikmati Musik di Mana Saja“Ini pasti laku.” Begitulah reaksi Chief Executive Officer Sony Corporation Akio Morita suatu hari di Februari 1979. Hari itu adalah saat pertama kali Morita melihat prototype pemutar kaset mini. Ia yakin, produk yang dikembangkan perusahaannya tersebut akan diminati banyak orang, terutama kalangan muda.
Keyakinan Morita bukan tanpa dasar. Ia melihat anak dan teman-temannya tak berhenti mendengarkan musik dari pagi hingga malam. Ia juga mendapati banyak orang mendengarkan musik di dalam mobil. Sebagian lagi bersusah payah membawa tape stereo besar ke pantai dan taman.
Tepat 22 Juni 1979, pemutar kaset mini yang dinamai Walkman pertama kali diluncurkan Sony dengan model TPS-LS. Mulai sejak saat itu pula ucapan Morita lima bulan sebelumnya terbukti benar. Permintaan Walkman di pasaran meledak. Bukan cuma di Jepang. Di luar negeri pun Walkman dinantikan. Hingga Sony sempat tak mampu memenuhi permintaan pasar.
Sebenarnya nama Walkman adalah sebuah brand Sony untuk
portable stereo. Namun tanpa disadari, semua orang menyebut alat portable stereo dengan nama Walkman. Padahal tidak semua pemutar musik yang dapat dibawa berpergian itu diproduksi oleh Sony.
Awalnya Morita pun tidak menyukai nama Walkman. Namun ia tidak cukup waktu untuk mengubahnya karena Walkman sudah siap diluncurkan. Tidak diduga nama tersebut justru membawa keberuntungan untuk Sony.
Melihat respon baik dari konsumen Walkman pun mengalami perkembangan. Alat pemutar musik ini hadir kembali dengan nama Walkman Pressman, yang disertai tombol perekam suara.
Ada cerita menarik sebelum Walkman dilengkapi fungsi perekam. Pada saat hendak dikembangkan untuk pertama kali, teknologi perekam sudah lazim dipasang pada sebuah pemutar kaset. Namun, Morita berkeras tidak memasang fitur perekam pada Walkman. Padahal, banyak rekan Morita di Sony menentangnya. Morita yakin, anak muda tidak peduli dengan fungsi perekam. Mereka hanya ingin mendengarkan musik di mana pun dan kapan pun. Sampai-sampai Morita mempertaruhkan posisinya sebagai pemimpin perusahaan. Di hadapan rekan-rekan kantornya, ia menyatakan, bila 30 ribu Walkman (tanpa perekam) tidak terjual habis dalam waktu singkat Morita bersedia mundur dari kepemimpinan Sony.
Morita setengah benar. Walkman memang laku di pasaran meski tanpa kemampuan merekam. Namun, ia juga salah. Karena di masa selanjutnya para wartawan sangat membutuhkan fungsi tersebut.
Pada 1984, Sony terus mengembangkan Walkman dengan kualitas suara lebih jernih. Selain itu produk ini juga ditambahkan dengan
Light Emitted Diode (LED) sebagai penunjuk dan pengukur recording level.
Kesuksesan Sony Walkman diikuti perusahaan elektronik pesaing. Toshiba mengeluarkan Toshiba Walky. Sementara Aiwa meluncurkan Aiwa Cassette Boy.
Bisa jadi hal ini memacu Sony lebih giat berinovasi. Masih di 1984, Sony mengeluarkan Walkman dengan media penyimpan data beruapa cakram padat (CD) yang diberi nama Discman dengan seri D-50. Karena menggunakan CD, kualitas suara yang dihasilkan semakin jernih. Selain itu, Sony mengembangkan teknologi
Electronic Skip Protection (ESP) yang memungkinkan pengguna memutar lagu tanpa terganggu meski Discman terguncang.
Selain itu mereka juga mengeluarkan
Mini Disc Walkman (MD Walkman). Selain mendengar, MD Walkman juga bisa merekam suara.
Teknologi CD merampungkan masalah kualitas suara. CD mampu menghadirkan suara dengan noise atau desis yang sangat rendah. Namun, ia tidak memuaskan dalam kapasitas menyimpan data.
Pada 1987, di Jerman, Karlheinz Brandenburg memimpin sebuh tim riset yang berusaha menemukan solusi untuk menyimpan hasil rekaman suara berkualitas tinggi namun dengan bit-rate audio coding yang rendah. Hasilnya, Brandenburg menemukan format MPEG-1 Audio Layer 3 atau lebih dikenal dengan sebutan MP3. Format digital ini tidak hanya menghasilkan suara jernih, namun juga data yang disimpan kecil. Sebagai perbandingan, CD audio biasa hanya mampu menyimpan maksimal 20-an lagu dalam satu keeping cakram padat. Dengan media yang sama, format MP3 memungkinkan seseorang menyimpan ratusan lagu.
Baru 10 tahun kemudian muncul pemutar suara digital MP3 portabel untuk pertama kalinya. Seperti diketahui, musik MP3 sebelumnya hanya dimainkan di perangkat komputer. Salah satu di antara pengembang teknologi ini adalah Briton Kane Kramer. Ia memproduksi pemutar MP3 portable yang disebut MPMan untuk pertama kalinya secara massal. Beberapa bulan kemudian, Diamon Multimedia memperkenalkan MP3 player berbasis
hard-drive.Tapi dari segi penjualan, Apple Computer mencatat sejarah yang penting di pasar pemutar MP3. Awalnya adalah Tony Fadell yang menciptakan sebuah pemutar MP3 dengan kosep desain yang sangat sederhana. Namun, ia kesulitan mencari dana untuk mengembangkan temuannya. Lantas, ia menawarkan konsep yang ia ciptakan kepada Apple Computer. Gayung bersambut. Perusahaan komputer asal Amerika Serikat ini menyepakati dan menunjuk Fadell sebagai kontraktor dalam proyek ini. Pemutar MP3 hasil dari proyek tersebut kemudian dinamai iPod yang diluncurkan ke publik pada 2001.
Salah satu keunggulan iPod seperti disebutkan sebelumnya adalah konep rancangan yang sederhana. Desain navigasi berupa roda berputar dalam iPod memudahkan pengguna untuk mencari sebuah lagu di antara ratusan tembang tersimpan. Kelebihan lain dari iPod adalah level suara yang dihasilkan melebihi 115 desibel.
Berbagai terobosan inovasi ini membuat iPod laris manis. Sebanyak 160 juta buah iPod terjual habis di seluruh dunia.
Perkembangan teknologi tak pernah berhenti. Setelah MP3, muncul generasi berikutnya yang disebut MP4, yaitu format data yang menggabungkan audio dan video dalam satu file. Kini, pemutar musik MP4 mulai dilirik konsumen seperti yang diluncurkan iRever. Perusahaan ini menamai pemutar MP4 tersebut, SPINN. Keunggulan SPINN adalah memberikan kebebasan kepada pengguna untuk memilih lagu melalui layar sentuh. SPINN juga dilengkapi radio FM, picture viewer, voice recording, wireless headset, dan Bluetooth.
Secara teknologi, Walkman dengan media penyimpan lagu analog yang dikembang Morita sudah jauh tertinggal. Namun segala perkembangan yang terjadi hingga saat ini tak pernah melenceng jauh dari konsep memainkan musik di mana saja dan kapan saja yang dicetuskan Morita. Kehadiran Walkman juga mengubah cara pandang manusia dalam menghibur diri tanpa mengganggu orang lain.(Tka)
Malu sich hanya menyematkan inisialku aja yang di akhir tulisan. Ya seharusnya sih ada inisial pembimping aku juga Zaq.. he,,he,, Malah aku sempat bingung harusnya (Tka/Zaq) atau (Zaq/Tka). Weleh-weleh jadi enak.. Semoga saja aku bisa terus belajar dan belajar supaya tulisanku bagus dan yang pasti di kontrak di perusahaan ini he,,he,, ngarep!!!
so.. aku sudah mulai menyukai diriku sebagai jurnalis. Walaupun masih amatir he,,he,,
